Mikronutrien : Sedikit Tetapi Wajib!

Nutrisi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan status kesehatan seseorang. Asupan gizi memiliki efek langsung terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan mental seseorang. Nutrien penting yang memiliki peran spesifik dalam tubuh adalah makronutrien, mikronutrien dan air. Karbohidrat, lemak, dan protein dikelompokkkan sebagai makronutrien, yang berfungsi untuk menyediakan energi, asam amino dan lemak. Selanjutnya kelompok mikronutrien terdiri dari mineral dan vitamin, yang dibutuhkan untuk produksi enzim, hormon dan zat penting lainnya. Kebutuhan mikronutrien hanya dalam jumlah kecil namun apabila tidak terpenuhi dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius.

Mikronutrien adalah komponen penting dari diet berkualitas. Malnutrisi mikronutrien adalah istilah yang merujuk pada kekurangan atau defisiensi vitamin dan mineral. Kekurangan vitamin dan mineral merupakan isu kesehatan masyarakat yang mendasar, hal ini tidak hanya terjadi di negara miskin-berkembang tetapi juga di negara maju. Walaupun tubuh manusia membutuhkan vitamin dan mineral dalam jumlah yang sedikit, defisiensi dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada tubuh.

Kekurangan mikronutrien yang paling sering menjadi isu kesehatan masyarakat diantaranya kekurangan vitamin A, zat besi, serta iodium. Secara umum tindakan berikut ini dapat dilakukan untuk mencegah defisiensi mikronutrien:

  • Diversifikasi pangan : Mengkonsumsi berbagai variasi jenis makanan sehingga tidak terfokus pada satu jenis saja. Misalnya mengganti beras dengan gandum, jagung atau umbi-umbian.
  • Supplementasi : Mengkonsumsi suplemen tambahan vitamin dan mineral sesuai dengan dosis yang dianjurkan
  • Fortifikasi makanan : Menggunakan bahan pangan yang telah melalui proses pengayaan zat mikronutrien misalnya garam beriodium.

Berikut ini akan dipaparkan beberapa jenis kekurangan mikronutrien yang paling sering terjadi, bagaimana dampaknya terhadap kesehatan dan bagaimana pencegahannya.

Defisiensi Iodium

Iodium zat penting yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh. Kelenjar tiroid membutuhkan iodium untuk memproduksi hormon tiroid. Dimana hormon tiroid ini memiliki fungsi yang vital dalam metabolisme tubuh. Apabila terjadi kekurangan iodium kelenjar tiroid akan bekerja lebih keras untuk menghasilkan hormon, akibatnya akan terjadi pembesaran kelenjar tiroid (gondok).

Kekurangan iodium pada wanita hamil akan membawa dampak yang serius tidak hanya pada ibu, juga janin. Karena kekurangan iodium selama kehamilan akan menyebabkan peningkatan tekanan darah pada ibu. Pada kondisi kekurangan iodium yang berat, dapat terjadi gangguan pertumbuhan fisik dan mental pada anak. Defisiensi iodium merupakan penyebab gangguan otak pada anak, yang seharusnya dapat dicegah sejak sebelum kelahiran. Masalah lainnya akibat defisiensi iodium ini adalah dapat menyebabkan keguguran dan penyakit bawaan lahir pada bayi.

Kekurangan iodium dapat dicegah dengan cara yang sangat relatif mudah. Pastikan anda dan keluarga mengkonsumsi garam yang beriodium. Strategi ini merupakan strategi yang murah dan mudah, konsumsi garam beriodium telah berhasil menurunkan tingkat kekurangan iodium di Indonesia. Selain itu, mengkonsumsi makanan yang bervariasi juga dapat membantu memenuhi kebutuhan iodium harian, misalnya produk susu, makanan laut seperti seperti ikan tuna, udang, rumput laut, kemudian buah dan sayuran.

Defisiensi vitamin A

Vitamin A adalah salah satu mikronutrien penting yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh, sehingga harus diperoleh dari makanan. Tubuh manusia membutuhkan vitamin A untuk menjaga kesehatan mata dan sistem imun (kekebalan), menjaga fungsi sel epitel yang ada di permukaan jaringan kulit, mata, saluran nafas, dan saluran cerna. Vitamin A sangat penting untuk penglihatan dalam gelap serta membantu memastikan permukaan konjungtiva mata dapat memproduksi mukus yang menjadi penghalang terjadinya infeksi. Vitamin A memiliki fungsi yang sangat banyak untuk mendukung berbagai sistem dalam tubuh manusia.

Kekurangan vitamin A sering dikaitkan dengan malnutrisi energi-protein yang banyak mempengaruhi anak-anak usia pra-sekolah. Defisiensi vitamin A pada anak dapat menyebabkan gangguan mata yang berat bahkan kebutaan, anak akan rentan terkena penyakit infeksi dan meningkatkan resiko kematian bila terserang penyakit seperti campak.

Tubuh manusia tidak dapat menghasilkan vitamin A, tetapi dengan mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin atau pro-vitamin A dapat mencegah kekurangan vitamin A. Misalnya sayuran hijau seperti bayam atau buah dan sayuran berwarna kuning-oranye seperti wortel, ubi rambat, cabai merah, labu. Pencegahan kekurangan vitamin A selain dari makanan juga melalui suplementasi. Setiap bulan Februari dan Agustus, pemerintah Indonesia melalui posyandu membagikan kapsul vitamin A pada anak usia 6-59 bulan (<5 tahun) dan ibu nifas. Kapsul biru (100.000 IU) untuk anak usia 6-11 bulan dan kapsul merah (200.000 IU) untuk anak usia 12-59 bulan dan ibu nifas.

Defisiensi Vitamin D

Vitamin D adalah salah satu komponen mikronutrien yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tulang, otot dan sistem imun. Apalagi pada wanita hamil hal ini sangat perlu diperhatikan. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan masalah kesehatan pada ibu dan bayi. Vitamin D dengan suplementasi kalsium dapat mencegah osteporosis dan patah tulang, fungsi lainnya adalah membantu penyerapan kalsium dalam usus. Kekurangan vitamin D juga dapat menjadi faktor resiko terjadinya beberapa penyakit seperti kanker, asma, artritis reumatoid dan diabetes. Kekurangan vitamin D tidak hanya terjadi pada negara 4 musim, tetapi juga di negara tropis seperti Indonesia

Ada dua sumber vitamin D, pertama dibentuk di kulit dengan bantuan sinar ultraviolet B dari matahari. Kedua, diperoleh dari makanan. Namun, hanya sedikit sumber makanan yang mengandung vitamin D, diantaranya ikan tuna, salmon, ikan kembung, kuning telur, hati, susu dan beberapa jenis jamur. Sehingga kebutuhan vitamin D sebagian besar dipenuhi dari vitamin D yang dibentuk di kulit. Beberapa faktor yang dapat mengurangi pembentukan vitamin D diantaranya pengaruh warna kulit, penggunaan sunscreen, baju yang menutupi seluruh kulit, dan faktor geografis seperti iklim, kelembapan dan polusi.

Defisiensi vitamin D dapat diatasi dengan suplementasi. Anak-anak dapat mendapat 400IU vitamin D per hari sementara dewasa 600IU. Selama suplementasi vitamin D perlu diperhatikan agar mendapatkan paparan sinar Ultra Violet B yang cukup.

Defisiensi Zat Besi

Kekurangan zat besi masih merupakan isu kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. Ada tiga kelompok populasi yang paling terdampak, wanita hamil, remaja dan anak usia dibawah lima tahun. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, hampir 50% wanita hamil di Indonesia menderita anemia. Anemia juga terjadi pada remaja dan anak-anak. Sekitar 12% remaja laki-laki dan 23% remaja perempuan menderita anemia. Sebagian besar masalah anemia disebabkan kekurangan zat besi. Survei rumah tangga tahun 2001, menemukan 55% anak usia pra-sekolah menderita anemia.

Anemia pada anak dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, baik fisik atau mental, serta berdampak pada perkembangan intelektual dan psikomotor anak. Sementara anemia pada usia dewasa dapat menyebabkan kelelahan, mengurangi kualitas hidup dan produktivitas. Anemia pada wanita hamil juga merupakan problem yang serius karena dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, bayi lahir dengan berat rendah dan meningkatkan kematian bayi baru lahir. Anemia dapat dicegah dengan mengkonsumsi zat besi yang tersedia dalam makanan seperti daging, ikan, sayuran. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C dapat membantu penyerapan zat besi yang terkandung dalam sayuran. Makanan yang difortifikasi dengan zat besi juga dapat dikonsumsi untuk mencegah terjadinya defisiensi zat besi.

Disclaimer : Informasi yang tersedia dalam blog ini adalah dalam rangka untuk menambah wawasan kesehatan, tidak untuk menggantikan nasehat, diagnosis atau pengobatan medis. Silahkan menghubungi fasilitas kesehatan profesional terdekat apabila anda mengalami masalah kesehatan.

About author

Author
dr. Candora